Selasa, 08 November 2011

LISTENING



Pagi ini aku berlutut di tempat tidurku bertekad ingin mendengarkan perkataan Tuhan mengenai aku dan hari-hariku. Kutarik napas dalam-dalam dan menundukkan kepalaku ke dalam seprei wol. Seprei itu sangat lembut dan aku berencana untuk tidur siang nanti. Apabila aku bergegas, aku dapat menyelesaikan kewajibanku - membersihkan kamar mandiku pastilah prioritas utamaku. Aku berharap adik laki-lakiku tidak meninggalkan semua yang dipakainya di meja. Kakak perempuanku menggunakan semua tempat yang tidak digunakan adikku, lalu mereka mengharapkan aku untuk ….


TUNGGU!!! Aku seharusnya mendengarkan Tuhan!


Aku mencoba lagi. Apa yah yang mereka katakan tadi malam di gereja? Hanya dengan membiarkan apapun yang Yesus ucapkan membersihkankan seluruh pikiranku. Bukan berupa suara keras, tetapi hanya bisikan dalam pikiran. Tetapi bagaimana aku memutuskan apa yang adalah pikiranku dan yang mana yang merupakan suara Yesus? OK, OK… kosongkan pikiran dan rasakan apa yang datang kepadaku.


Apa yang aku datang kemudian adalah percakapan yang baru saja kulakukan dengan ibuku. Situasi dimana kelihatannyanya sudah tidak ada harapan. Kami mulai mengira-ngira apakah semuanya seperti yang terlihat (tidak ada harapan) terhadap orang yang kami cintai. Tapi kami tidak cukup tahu harus melakukan apa tentang hal itu. “Tuhan”, aku berbisik, keheningan tiba-tiba terkuak, “Kau mengetahui dia dan Kau juga mengetahui kami lebih dari siapapun. Tolonglah tunjukkan padaku apa yang harus kulakukan; jadikanlah aku seperti apa yang Kau inginkan dalam persoalan ini.”


Kembali ke mendengarkan. Aku teringat apa yang terjadi kepadaku beberapa waktu lalu saat aku mendengarkan : yaitu apabila pikiranku kacau dan tidak berfokus pada Yesus, itu adalah pertanda bahwa Dia tidak menjadi yang terutama pada saat itu, bahwa aku membiarkan hal-hal lain - bahkan hal-hal yang tidak penting, seperti rencana untuk tidur siang - telah menjadi prioritas yang mengesampingkan hubunganku denganNya.


Aku menutup mataku dan berpikir tentang begitu banyaknya hal yang telah dilakukanNya kepadaku, tentang apa yang dikatakanNya kepadaku belakangan ini dan betapa inginnya aku untuk hidup berubah untukNya dan membiarkanNya berkuasa penuh atas hidupku. Melalui pikiran-pikiran yang terfokus ini, aku mendengarkan bisikanNya dan mengetahui bahwa diatas bayangan keraguan, Tuhan berada disampingku, tersenyum padaku, mencintaiku.


Aku menyadari bahkan aku - yang suka mengalihkan perhatian, mementingkan diri sendiri dan tidak pantas - dapat memainkan peranan dalam dramaNya melalui apa yang dikatakanNya sebagaimana yang aku dengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar