Sabtu, 24 November 2012

##

Kesempatan selalu ada buat orang yang selalu berusaha

Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Begitulah kehidupan, Ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu.Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.

-Tere Liye-

##

No matter what anyone else says, you'll always be a prince to me

Raksasa dari Jogja

Laki-laki yang menyakiti wanita sama saja menyakiti wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Tuhan menghitung setiap tetesan air mata kesedihan, dan akan menggantinya dengan jutaan kebahagiaan.

-dwitasari-

Jumat, 02 November 2012

RESENSI NOVEL

 DEALOVA



SINOPSI NOVEL DEALOVA

Cerita bermula dari seorang siswi cantik dari SMU Persada bernama Karra. Di sekolah, Karra dikenal sebagai sosok yang cukup pintar, nakal, periang dan jago main basket. Gayanya sangat tomboy dan penampilannya sangat santai. Sementara itu, di rumah, ia dikenal sebagai sosok yang manja sekaligus cuek. Apalagi semenjak ditinggal kedua orangtuanya ke New York lantaran ayah Karra bekerja sebagai diplomat di BKRI, dia sangat manja dengan Iraz, kakaknya.

Kehidupan di sekolah dan di rumah inilah yang membawa Karra masuk dalam kehidupan dua pria yakni Dira dan Ibel. Dira yang jago basket pertama kali dikenal Karra di sekolah. Dira adalah anak pindahan yang baru sekolah di sekolahnya Karra. Perkenalan mereka di awali dari sebuah lapangan basket. Dira adalah sosok laki-laki yang sangat misterius di sekolahnya, bahkan ia menjadi sorotan para gadis di sekolah, karna kepandaiannya dalam bermain basket. Karra pun menjadi tertarik dengannya. Lalu Karra dan Dira terkadang latihan bermain basket bersama. Tetapi disela bermain basket, terkadang Dira sering membuat Karra kesal, karena Dira sangat ketus dan tidak bias berperilaku lembut terhadap Karr. Karra sangat tidak suka bila perlakuan Dira seperti itu. Dira pun seperti angkuh dan tidak bias menghomati orang lain. Sedangkan, Ibel yang jago gitar pertama kali dikenal Karra di rumah Karra ketika itu sedang latihan band dengan Iraz. Ibel adalah teman kuliah sekaligus sahabat karip kakak Karra, Iraz. Ibel sangat mempunyai sifat yang berolak belakang dengan Dira, Ibel tipe laki-laki yang murh senyum, dia juga sabar dan berperilaku halus terhadap wanita. Awal Ibel suka terhadap Karra dimulai saat Iraz menitipkan Karra padanya, karena Iraz harus melanjutkan kuliah di luar negeri, jadi intensitas mereka tuk bertemu pun sangat sering. Ibel mulai merasa nyaman dan jatuh cinta pada Karra. Lama-kelamaan Ibel sering antar jemput Karra ke sekolah dan mengajaknya beli ice ceam bersama.

Lewat karakter dan cara berbeda, Dira dan Ibel berusaha menyampaikan rasa kasihnya kepada Karra. Bagi Karra, Dira yang sering ketus, galak dan kurang ajar seoalh selalu ingin menyakiti dirinya ternyata lebih menarik perhatiannya ketimbang Ibel yang penuh perhatian dan senantiasa berupaya menyenangkannya. Tak heran bila akhirnya Dira dipilih Karra menjadi pacarnya. Untuk itu, Ibel pun harus besar hati terhadap pilihan Karra. Karna ia sangat menyayangi Karra. Ibel sangat terpukul dengan keputusan Karra. Ibel khawatir kalau Dira adalah orang yang tidak tepat untuk Karra, karena dia mempunyai sikap yang keras. Tapi itulah kenyataannya, Ibel harus menerima. Tapi sayang, hubungan kasih Dira dan Karra tidak selalu berjalan mulus. Pertengkaran kerapkali mewarnai hubungan mereka. Dira dan Karra sering kali berbeda pendapat. Tapi pada akhirnya keduanya bertekad untuk lebih saling menyayangi dan tak lagi saling menyakiti.

Disaat sedang menikmati masa-masa pacarn dengan Dira, Karra harus menghadapi kenyataan pahit, Dira tergolek taj b umurnya tidak akan berdaya di sebuah rumah sakit, semenjak dua hari tidak bertemu saat terakhir berkencan bersama. Karra baru mengetahui kalau Dira mempunyai penyakit yang susah untuk diesmbuhkan, Dira sudah di vonis oleh dokter bahwa umurnya tidak akan panjang lagi. Karra hanya bias memandang wajahnya sambil menangis tersedu saat menjenguk dan menemani Dira di rumah sakit. Tapi masa itu tidak berlangsung lama. Pada akhirnya Dira meninggal karna sakit yang bersarang ditubuhnya. Karra sangat terpukul dan tidak rela jika Dira meninggalkannya tuk selama-lamanya. Karra baru menyadari bahwa sikap Dira ketus padanya karna Dira tidak ingin menyakiti orang yang disayanginya hanya untuk masuk ke dalam kehidupan Dira yang hanya tinggal menghitung waktu saja.

Karra makin nangis terisak saat ia membacasurat terakhir yang ia terima dari mamanya Dira yang Dira buat sebelum ia meninggal. Isi suratnya seperti ini ..
Karra,
Maaf… karena selalu mebuatkamu marah
Maaf… karena selalu membuat kamu benci sama aku
Maaf… atas semua kepedihan yang aku timbulkan
Maaf… karena selalu membuat kamu mengalah dalam segala hal
Maaf… karena aku selalu keras kepala
Maaf… karena telah membuat kamu masuk ke dalam kehidupanku
Maaf… karena aku harus pergi ninggalin kamu

Terima kasih… karena kamu telah membuat hari-hariku indah
Terima kasih… karena kamu telah memperlihatkan mata yang paling indah yang pernah kulihat
Terima kasih… karena kamu telah membuat aku memiliki semngat untuk hidup
Terima kasih… karena kamu selalu menganggap aku pintar
Terima kasih… karena kamu mebuat aku sadar bahwa kita harus berjuang untuk hidup dan bahwa hidup ini harus diarungi melalui semangat, perjuangan dan kemauan keras
Terima Kasih… karena kamu memberikan kebahagiaan terbesar dalam hidupku
Terima Kasih… karena kamu telah luar biasa sabar menghadapi aku
Karena telah mengajari aku untuk mendoakan agarorang yang aku cintai bahagia
Karena telah mengubah hidupku yang kosong
Karena telah menjadi satu-satunya orang yang bias membuatku mengalah
Karena telah memberikan sesuatu yang selama ini nggak bias aku kasih ke kamu
Karena telah menjadi wanita yang luar biasa dan nggak tertandingi yang pernah masuk dalam kehidupanku

Terima Kasih… karena kamu telah menjadi bidadariku selama ini
Aku nggak akan kemana-mana

-Dira-

Sepeninggal Dira, Karra berubah menjadi 180 drajat, dia menjadi pemurung sering nangis karena terus teringat Dira. Ibel berusaha menghibur Karra. Di saat masa berduka Karra, Ibel selalu mencoba menghibur Karra, dan akhirnya Karra merespon perhatian Ibel padanya. Dan pada suaru hari Ibel menunggu Karra di kapal pesiar di sana Ibel menyatakan cintanya kepada Karra dengan memberikan kejutan yang sangat tak di duga oleh Karra dan akhirnya Karra pun menerima cintanya Ibel.

KARAKTERISTIK PARA TOKOH


Iraz : Seorang kakak yang sangat sayang pada adiknya.
Karra: Cewek yang tomboy, manis dan anaknya santai banget.
Dira : Cowok yang sifatnya acuh, pendiam, galak dan ditakuti.
Ibel : Teman Iraz yang sabar dan care banget sama Karra.
Finta: Sahabat yang sangat setia dan pengertian.

UNSUR INTRINSIK

Tema : Persahabatan dan cinta.
Amanat : Sekali menemukan wanita, dia (Dira) akan setia seumur hidupnya.
Alur : Campuran.

Konflik : Ketidak tahuan keadaan yang sebenarnya.
Klimaks : Pria yang dicintainya ternyata mengalami penyakit paru-paru yang sangat parah,sehingga ditinggal pergi untuk selamanya.
Penyelesaian : Menerima dengan tabah.

LATAR

Waktu : Pagi, siang dan malam hari.
Tempat : Sekolah, lapangan basket, rumah Karra, rumah Dira, Bukit Bintang dan rumah sakit.

UNSUR EKSTRINSIK

Nilai Sosial : Saling membantu teman yang satu dengan yang lain.
Nilai Moral : Yang didapat dar novel ini adalah saling menghargai antara teman.
Kelebihan : Banyak hal- hal yang menarik dalam cerita novel tersebut. Karakter tokohnya juga tidak monoton. Bahasanya bahasa anak muda. Cerita novel ini saling berkaitan dan smea bagus.

Kelemahan : Masih menggunakan kertas buram. Ceritanya sedih namun happy ending. Namun bahasanya masih tampak kaku.


DETAIL NOVEL

Judul : Dealova
Pengarang : Dyan Nuranindya
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Penerbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2006
Desain Sampul : Marcel A.W.
Tebal Buku : 304 hlm; 20cm
Harga : Rp 34.500
Jenis Buku : Fiksi Teen Lit

RESENSI NOVEL

LAYAR TERKEMBANG

Karya : Sutan Takdir Alisjahbana (STA)

SINOPSIS

Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginannya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria menghembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.

ANALISIS

Unsur Instrinsik :
Tema : Perjuangan wanita Indonesia

Latar / Setting :
Tempat :
• Gedung akuarium di pasar ikan
• Rumah Wiriaatmaja,
• Mertapura di Kalimantan Selatan,
• Rumah Sakit di Pacet,
• Rumah Partadiharja,
• Gedung Permufakatan
Alur : Maju
• Perkenalan : Saat di gedung akurium Yusuf bertemu dengan Maria dan Tuti. Pertemuan itu memberi kesan istimewa pada Yusuf. Hingga akhirnya, Yusuf selalu merasa ingin bertemu dengan Maria. Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Maria danTuti, Yusuf mulai jatuh cinta kepada Maria. Ternyata perasaan Yusuf dibalas pula oleh Maria. Mereka berdua hingga akhirnya merajut suatu ikatan khusus yang semakin lama semakin mendalam. Pada akhirnya, Yusuf dan Maria bertunangan.
• Konflik : Maria dan Tuti bertengkar hebat. Pertengkaran itu disebabkan oleh kritikan pedas Tuti terhadap Maria. Tuti mengkritik bahwa cinta Maria kepada Yusuf sangat berlebihan dan dapat melemahkan diri Maria sendiri. Tetapi Maria yang hatinya saat itu sedang marah, Ia membalas kritikan Tuti dengan mengatakan bahwa dalam masalah cinta Tuti sangat perhitungan dan tak pernah mau rugi sedikit pun serta Tuti selalu memikirkan kongres ketimbang memikirkan perasaanya. Dan disinilah Tuti sadar bahwa sampai kapanpun Ia tak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan yang memiliki perasaan untuk mencinta.
• Klimaks : Suatu ketika Maria terkena penyakit malaria. Penyakit tersebut membuat Maria begitu lemah ditambah lagi penyakit TBC. Hingga pada akhirnya, Maria meninggal dunia.
• Anti Klimaks : Sebelum Maria meninggal dunia, Ia menitipkan pesan terakhirnya kepada Tuti dan Yusuf, yaitu jika kelak Ia meninggal nanti, Ia berharap bahwa Tuti dan Yusuf dapat menikah.
• Penyelesaian : Akhirnya Tuti dan Yusuf menuruti permintaan terakhir Maria. Mereka berdua menikah. Dengan begitu, Tuti tak perlu tersiksa lagi dengan perasaan kesepian yangs elama ini ia coba untuk melawan.

Sudut Pandang : Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan tokoh-tokohnya.

Tokoh dan Perwatakan :
• Maria : adalah adik Tuti, yang sangat periang.
• Tuti : seorang wanita yang memiliki wawasan dan pemikiran modern. Ia mencoba menyamakan hak kaum wanita dengan kaum pria.
• Yusuf : seorang pemuda terpelajar yang modern. Ia adalah mahasiswa kedokteran. Sifatnya baik hati dan berbudi luhur.
• Supono : Seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.
• Wiriaatmaja : Ayah dari Maria dan Tuti, seorang yang memegang teguh agama, baik hati dan penyayang.
• Partadiharja : Adik Ipar Wiriaatmaja, seseorang yang baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
• Saleh : Adik Partadiharja, seorang lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam sehingga ia mengabdikan diri sebagai seorang petani.
• Rukamah : Sepupu Tuti dan Maria, seseorang yang baik hati dan suka bercanda.
• Ratna : Istri saleh, Seorang petani yang pandai dan baik hati.
• Juru Rawat : Seorang yang baik hati.

Gaya Penulisan : Didalam novel ini banyak ditemukan majas personifikasi dan banyak menggunakan bahasa Melayu sehingga terlihat agak rancu dan sulit dimengerti.

Amanat / Pesan : Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.

Unsur Ekstrinsik :
Biografi pengarang :
Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908. Beliau merupakan tokoh terkemuka dalam sejarah kesusastraan dan pemikiran kebudayaan di Indonesia. Dia banyak menulis puisi, novel, esai-esai sastra, bahasa serta tulisan ilmiah mengenai filsafat, ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Nilai Agama :
kita menjalankan perintah agama di mulai dari sekarang juga, tidak harus menunggu hari tua.

Nilai Sosial :
Novel ini menceritakan bahwa sesama manusia, apalagi sesama kaum pelajar harus saling membantu. Bantuan itu dapat berupa beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu.

Bahasa Pengarang :
Bahasa pengarang adalah bahasa Melayu.Walaupun latar novel Layar Terkembang di Jakarta,bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu.
Unsur kebiasaan , adat , etika :
“...Tiba di muka pekuburan berhenti taxi itu dan keluarlah mereka.Yang perempuan membawa di tangan kanannya karangan bunga.....
Pada batu nisan pualam putih yang berukir tepinya, terlukis dengan air emas yang berkilat-kilat...Maria berpulang...Januari 193... usia 22 tahun.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

Keunggulan : Keunggulan dari novel ini adalah cerita yang disuguhkan kepada pembaca sangat menarik , kisah cinta Yusuf, Tuti dan Maria sangat menarik untuk diikuti.

Kelemahan : Bahasa yang digunakan dalam novel Layar Terkembang susah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa-bahasa lama.

RESENSI NOVEL

VICTORY


• Judul : Victory
• Pengarang : Luna Torashyngu
• Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
• Tahun Terbit : 2006
• Halaman : 296 halaman

- Sinopsis Novel
Novel ini menceritakan tentang arti dari sebuah cinta sejati. Oti dan Raka adalah dua saudara tiri yang berbeda karakter dan sifat. Oti adalah seorang cewek tomboy dan cuek, tetapi dia mempunyai kelebihan yaitu keberanian dalam membela teman-temannya. Sedangkan Raka adalah seorang cowok dengan sikap tenang dan dewasa.
Saat membela temannya, Oti menerima tantangan dari kakak kelasnyauntuk mengikuti pemilihan putri SMA, di SMAnya. Untuk memenangkan pertandingan, Oti harus menjadi gadis yang feminim. Dia diharuskan memakai make-up dan gaun yang tidak pernah dipakainya. Namu8n Oti menerima tantangan kakak kelasnya itu. Dia mulai berubah dirinya agar dia bisa memenangkan kontes itu, walaupun sempat putus asa.
Raka yang dulunya benci mulai perlahan memperhatikan perubahan pada diri Oti dan diam-diam timbul perasaan yang aneh pada dirinya. Raka mulai menjadi lebih perhatiandan lembut. Perlahan tapi pasti, mereka mulai merasakancinta. Halangan muncul dari orang tua mereka yang tidak setuju dengan hubungan mereka. Oti dan Raka akhirnya berpisah karena mereka mengetahui bahwa mereka sebenarnya adalah saudara sedarah.
Dua tahun berlalu, Oti yang kuliah di London datang ke Bandung untuk menemui Raka. Oti dan Raka sama-sama belum bisa melupakan cinta yang pernah terjadi diantara mereka. Akhirnya karena sebuah kecelakaan menyebabkan kehidupan mereka berubah. Oti menjadi lumpuh dan mereka mengetahui bahwa sebenarnya mereka bukan saudara sedarah. Namun kelumpuhan Oti tidak memupuskan perasaan Raka padanya, melainkan menguatkan cinta mereka.

- Tokoh
* Victory/Oti
* Raka
* Ai
* Ticka
* Laras

- Penokohan
* Victory/Oti: Tomboy, cuek, selalu membela temannya, baik, dan setia.
* Raka : Tenang, dewasa, baik, dan setia.
* Ai : Baik hati dan cerewet
* Ticka : Cerewet tetapi supel.
* Laras : Polos, pemalu, dan selalu bicara apa adanya.

- Alur
Novel ini menggunakan alur maju dan alur mundur. yaitu hubungan oti dengan raka yang awalnya benci menjadi suka satu sama lain dan hubungan mereka tidak direstui oleh kedua orang tua mereka dan mereka pun brjuang untuk mempertahankan hubungan itu sehingga mereka bisa bersama kembali.

- Kelebihan
Novel ini mempunyai kelebihan pada covernya yang terlihat menarik sehingga dapat menarik pembaca untuk membaca isinya. selain itu juga kelebihannya terletak pada bahasa yang dipakai sangat segar, dengan gaya bahasa anak muda jaman sekarang namun mudah untuk dipahami. Isinya pun cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, mulai dari remaja hingga orang tua sekalipun.

- Kekurangan
Novel ini selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan yaitu terdapat pada kertas yang digunakan, masih menggunakan kertas buram.