Kisah dari Imam Muslim tentang watak manusia yang mengingkari nikmat Alloh setelah terbebas dari kesulitan :
Ada tiga orang Bani Israil penderita cacat, masing-masing penderita kusta, berkepala botak dan buta. Alloh bermaksud hendak menguji mereka, lalu Alloh mengirim malaikat kepada mereka.
Mula-mula didatanginya penderita kusta seraya berkata kepadanya, "Apakah yang paling engkau sukai? Jawabnya, "Warna dan kulit yang bagus, serta kesembuhan dari penyakit yang menyebabkan orang merasa jijik kepadaku." Maka diusapnya orang itu, lalu sembuhlah penyakitnya. Kemudian diberinya dia warna dan kulit yang bagus. Kata malaikat. "Harta apa yang paling engkau sukai? Jawab orang itu."Unta" Lalu diberinya unta bunting yang hampir beranak. Malaikat mendoakannya, "Semoga Alloh memberi berkat bagimu dengan pemberian ini."
Sesudah itu malaikat mendatangi orang yang berkepala botak. Katanya."Apa yang paling engkau sukai? Jawab orang itu,"Rambut indah dan hilangnya aib yang menyebabkan orang benci kepadaku." maka diusapnya orang itu lalu hilanglah aib di dirinya. Kemudia diberinya pula rambut yang indah. Tanya malaikat,"Harta apa yang paling engkau sukai? Jawab orang itu,"Sapi !" Maka diberinya orang itu sapi bunting seraya berkata, "Semoga Alloh memberkati kamu dengan pemberian ini."
Kemudian malaikat mendatangi orang terakhir yaitu si penderita buta seraya berkata."Apakah yang paling engkau sukai?" Jawab orang buta,"Semoga Alloh mengembalikan penglihatanku supaya aku dapat melihat orang banyak." Maka diusapnya juga kepala orang buta tadi oleh malaikat, maka sembuhlah kebutaan orang tersebut. Kata malaikat,"Harta apa yang paling engkau sukai?"Jawab orang buta,"Kambing." Lalu diberinya orang itu kambing serta anaknya. Maka berkembang biaklah ternak-ternak pemberian malaikat itu. Unta menjadi satu lembah penuh, sapi menjadi satu lembah penuh dan kambing penuh satu lembah.
Beberapa waktu kemudian, malaikat mendatangi si penderita kusta dengan rupa dan keadaan seperti di dahulu. Kata malaikat,"Aku seorang miskin. Dan aku kehabisan perbekalan dalam perjalananku yang masih jauh. Sekarang tidak ada yang dapat menyampaikanku ke tujuan melainkan hanya pertolongan Alloh melalui pertolongan anda. Karena itu kumohon kepada Anda dengan nama Alloh yang telah memberi anda warna dan kulit yang bagus serta ternak unta. Sudilah anda memberiku sekedar perbekalan untuk sampai ke tujuanku."Jawab orang itu,"Aku banyak tanggungan."
Kata malaikat,"Aku seolah-olah masih ingat kepadamu. Bukankah engkau si Penderita Kusta yang dijauhi orang-orang karena jijik dahulu? Tadinya engkau miskin, lalu diberi Alloh rezeki,"Jawab orang itu,"Harta ini kuwarisi dari nenek moyangku orang terhormat."Kata malaikat,"Jika engkau dusta, maka Alloh mengembalikanmu kepada keadaanmu semula."
Kemudian didatanginya pula orang botak dengan rupa seperti rupanya dahulu seraya berkata kepadanya seperti yang dikatakan malaikat kepada penderita kusta. Orang ini menolak permintaan malaikat seperti halnya penderita kusta. Kata malaikat,"Jika engkau dusta, Alloh mengembalikanmu kepada keadaanmu semula."
Kemudian didatanginya pula orang buta dengan rupa dan keadaan seperti orang itu dahulu. Kata malaikat,"Aku miskin dan aku ibnu sabil. Aku kehabisan perbekalan dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat menolong menyampaikan ke tujuan, melainkan hanya Alloh, kemudian anda. Maka kumohon pada anda atas nama Alloh yang telah mengembalikan penglihatan anda, semoga Anda sudi memberikan seekor kambing supaya aku sampai ke tujuanku."
Jawab orang buta,"Dahulu aku buta, kemudian Alloh mengembalikan penglihatanku dan diberinya aku ternak ini. Ambilah seberapa engkau perlukan dan tinggalkan sisanya menurut kehendakmu. Demi Alloh, aku tidak keberatan sedikitpun terhadap apa yang anda ambil karena Alloh." Jawab malaikat. "Tidak! Tahanlah harta anda. Sesungguhnya aku hanya menguji anda. Anda sungguh diridhai Alloh, sedangkan kedua sahabat Anda dimurkai Alloh.
Selasa, 08 Mei 2012
Ketabahan si Janda Muda Yang Luar Biasa...
Kisah ini saya ambil dari Era Muslim.com...karena begitu menariknya akan ketabahan si Ibu Muda ini, semoga dapat diambil hikmahnya.......
Si kecil “Azzam” sedang bermain kejar-kejaran dengan teman-teman sebayanya. Anak desa yang yatim berusia enam setengah tahun itu baru tiga bulan masuk Sekolah Dasar Negeri di dekat rumahnya. Setiap sore, seperti biasa anak-anak bermain-main bersama. Ada yang main petak umpet, ada yang main kelereng, ada yang main lompat karet, dan ada yang sekedar kejar-kejaran !! Didekat mereka bermain, ada salah seorang penduduk desa yang sedang membangun rumah.
Penduduk disini rata-rata menggunakan air pancuran yang mengalir dari atas untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun penduduk yang sedang membangun rumah ini membuat sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Galian sumur itu baru sekitar dua seperempat meter dalamnya. Dan karena saat itu sedang musim hujan, galian itu belum diteruskan karena hampir penuh berisi air hujan. Si kecil Azzam tidak menyadari ada bahaya di tempat ia bermain-main. Ia terus berlari kejar-kejaran dengan temannya. Tiba-tiba Azzam tersandung dan terpeleset ....." blung .".... Azzam masuk kedalam galian sumur !!
Desa kecil itu bernama “desa Kajar”. Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ini disebut “desa kajar” karena terletak dikaki sebuah gunung yang bernama “gunung kajar”. Konon kata kajar diambil dari akar kata bahasa arab “hajar” yang berarti batu.
Gunung tersebut memang tidak begitu tinggi, dan menurut hasil penyelidikan, ketika akan dibuat proyek terowongan jalan melalui gunung tersebut, ternyata memang tidak dapat dilaksanakan karena gunung tersebut berisi air dan bebatuan yang besar-besar. Dan akhirnya, pemerintah daerah memutuskan untuk memasukkan gunung kajar menjadi “cagar alam” yang harus dilindungi dan tidak boleh dirusak.
Waktu adzan Ashar sedang dilantunkan dari sebuah Musholla di desa tersebut. Seorang Janda muda berparas cantik baru saja selesai mengambil air wudlu dipancuran air disebelah rumahnya. Baru setengah tahun dia ditinggal wafat “Pak Sabar” suaminya, ketika sedang berangkat pergi untuk menunaikan shalat Jum’ah. Saat itu sebuah sepeda motor yang sedang kehilangan kendali melaju kencang dari atas menyerempet Pak Sabar ketika sedang berjalan di pinggiran jalan. Pak Sabar dan pengendara sepeda motor sama-sama terpelanting jatuh.
Pengendara sepeda motor langsung meninggal di tempat, sedang pak Sabar tak sadarkan diri dan langsung dibopong para tetangganya yang kebetulan sama-sama berangkat shalat Jum’ah, menuju ke balai puskesmas di desa tersebut. Darah segar keluar dari hidung dan telinga Pak Sabar. Dokter puskesmas yang hendak pergi shalat Jum’ah terpaksa harus kembali lagi ke balai untuk menolong Pak Sabar terlebih dahulu. Bu Sabar yang diberi khabar oleh salah seorang tetangganya bergegas menuju balai puskesmas untuk melihat keadaan suaminya.
Dan ketika melihat kondisi suaminya yang cukup parah, Bu Sabar hanya bisa pasrah dan tawakkal. Meski demikian tak henti-hentinya lisannya berdzikir menyebut asma Allah dan mengharap kemurahaNYA untuk supaya suaminya dapat disembuhkan. Manusia boleh punya kehendak, namun Allah juga punya kehendak !! saat itu rupanya Allah punya kehendak lain ..... tepat ketika adzan Ashar berkumandang, Pak Sabar yang dikenal sangat ramah dan penyabar itu oleh dokter dinyatakan telah wafat !! Dengan suara lirih terucap kalimah dari lisan Bu Sabar “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Selesai berwudlu, Bu Sabar menghadap kiblat dan mengangkat tangannya sambil melantunkan doa ba’da wudlu. Belum selesai doa dilantunkan, tiba-tiba terdengar suara orang memanggil-manggil sambil membopong seorang anak yang basah kuyup ..... Bu Sabar .... Bu Sabar ..... Azzam tercebur galian sumur bu .... Azzam meninggal !! Bu Sabar tersentak dari doanya ..... wajahnya kelihatan sangat sedih, terucap kalimah lirih dari lisannya “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ..... !!”. Tiba-tiba, Bu Sabar duduk di tanah kemudian bersujud ....!! Para tetangga yang ikut membawa pulang jenazah Azzam terheran-heran .... Bu Sabar tidak menangis sama sekali, meski wajahnya tampak sangat sedih .... tapi apa yang sedang ia lakukan ? Bersujud ? Bersujud untuk apa ? Kenapa harus bersujud ..... ?
Agak lama Bu Sabar bersujud meski beralaskan tanah ..... para tetangga mulai khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu terhadap Bu Sabar. Ingatan para tetangganya melayang pada peristiwa meninggalnya Pak Sabar yang baru enam bulan lalu yang juga tepat disaat berkumandangnya adzan Ashar. Seorang Ibu muda berjilbab putih menepuk-nepuk pundak Bu Sabar. "Bu Sabar .... Bu Sabar .... ingat bu .... ingat bu .... istighfar ....!! Bu "Sabar bangun dari sujudnya. Di dahi dan hidungnya masih menempel sisa tanah bekas sujud. Tampak sekali wajahnya masih sangat sedih. Pandangannya menyapu orang-orang disekelilingnya. Dan, ketika dilihat anaknya masih digendong salah seorang bapak-bapak, Bu Sabar memintanya "..... tolong anak saya bawa kesini pak ..... biar saya sendiri yang menggendongnya !!."
Bu Sabar membawa jenazah Azzam masuk ke dalam rumah diiringi para tetangganya. Dibaringkannya Azzam di kasur diatas dipan yang terletak dekat ruang tamu. Diciumnya anak kecil itu berkali-kali sambil membisikkan beberapa kata-kata. Para tetangga sangat terharu melihat pemandangan di depannya. Suasana sangat hening ..... dan tak ada seorangpun diantara mereka yang berani mengeluarkan suara. Mereka masih tertegun menyaksikan rentetan peristiwa yang baru saja dilihatnya, dan mereka begitu kagum akan ketabahan dan ketawakkalan Bu Sabar !!
Setelah puas menciumi Azzam, Bu Sabar berbalik memandang para tetangganya ."... terima kasih bapak-bapak dan ibu-ibu sudah menolong membawa pulang anak saya." Seorang Ibu setengah baya menjawab ."... ya Bu Sabar .... nggak apa-apa ..... Ibu yang sabar ya bu .... ibu yang ridho ya .... !! "Bu Sabar menganggukkan kepala ...."Alhamdulillah dari awal musibah ini saya sudah bisa sabar dan ridho bu .... Alhamdulillah .... Saya teringat sabda baginda Rasul kalau “As Shabru fii awwali shadam .... sabar itu pada saat awal terjadinya benturan” .... saya ngga apa-apa bu .... nggak apa-apa .... insya Allah saya sabar dan ridho !!." Melihat ketabahan Bu Sabar yang sangat luar biasa, seorang Ibu yang lainnya yang sejak tadi penasaran tak kuasa bertanya ...." maaf Bu Sabar, tadi disamping rumah, saya melihat ibu sujud ketika mendengar musibah ini .... apa yang ....?" belum selesai ibu tersebut dengan pertanyaannya, Bu Sabar sudah menjawab ...." Betul bu .... saya tadi melakukan sujud syukur bu ...!! Saya memang sangat sedih ketika mendengar anak saya satu-satunya dipanggil Allah !! bagaimana mungkin tidak sedih bu .... dia satu-satunya yang menemani dan menjadi penghibur saya sejak almarhum suami saya meninggal !! Dia juga yang menjadi tumpahan semua kasih sayang saya selama ini !! Dia juga yang menjadi harapan saya untuk meneruskan cita-cita bapaknya yang belum terlaksanakan !!
Tapi bu .... disaat bersedih tadi saya teringat firman Allah “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar : 10). Saya juga teringat sabda baginda Rasul “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah). Saya juga teringat cerita “bu nyai” (Pen : istri pak kyai di kampung) waktu pengajian minggu lalu, katanya kalau kita sabar dan ridho disaat menerima musibah, maka balasannya adalah surga !! apalagi kalau sabar dan ridho ketika ditinggal meninggal anaknya yang masih kecil, bu nyai bilang akan mendapatkan kunci surga, karena anak kecil yang masih suci itu bisa menjadi syafa’at bagi orang tuanya ....!!” itulah bu .... alasan kenapa saya tadi sujud syukur .... mohon doakan saya ya bu .... doakan saya supaya yang dijanjikan Allah dan Baginda Rasul bisa saya dapatkan !!"
Para tetangga yang hadir semakin kagum terhadap janda muda berparas cantik ini ..... seorang nenek-nenek berucap “subhaanallah ..... tabah sekali kau nak !!” Bu Sabar mengarahkan pandangannya ke nenek dan berucap ...." saya belum seberapa nek, dibanding apa yang dulu pernah terjadi pada istri sahabat Rasul yang bernama Ummu Sulaim ketika anaknya satu-satunya yang masih kecil meninggal dunia. Waktu anaknya meninggal, Ummu Sulaim masih bisa tersenyum manis ketika suaminya baru datang dari bepergian ..... dia juga masih bisa mempersiapkan hidangan yang paling enak untuk suaminya .... dan bahkan dia masih sempat melakukan hubungan suami istri sampai hajat suaminya terpuaskan ....!!
Para tetangga semakin banyak yang berdatangan untuk ta’ziyah. Bu Sabar beranjak dari duduknya. Dia mohon diri pada tetangganya untuk melaksanakan shalat ashar. Kejadian yang baru saja dialami membuat Bu Sabar bertambah khusyu’ dalam shalatnya. Baru saja bertakbir Bu Sabar sudah menangis sesenggukan .... ia ingat akan kebesaran Allah yang tak tertandingi oleh siapapun !! Seusai membaca Fatihah, Bu Sabar membaca beberapa ayat pada akhir surat Az Zumar “wasiiqal ladzinat taqau rabbahum ilal jannati zumaraa ..... Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu ! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.". Bu Sabar membayangkan dirinya bersama rombongan orang-orang bertaqwa yang masuk surga.
Bayangan itu begitu nyata dipelupuk matanya. Begitu khusu’ dia menghadap dan bermunajat kepadaNYA. Sore itu dia merasakan keni’matan yang luar biasa pada saat berdua denganNYA, sampai-sampai dia lupa akan anaknya yang sangat dicintainya baru saja meninggalkannya !! Suara berisik para tetangga yang ta’ziyah mengganggu kekhusyu’an shalatnya. "Assalaamu ‘alaikum warahmatullah ..... Assalaamu ‘alaikum warahmatullah .".... Bu Sabar mengakhiri shalatnya. Kembali dia bersujud untuk berdoa ..... "selamat jalan anakku .... selamat jalan anakku ... “sanaltaqii fil jannah ... insya Allah kita akan bertemu di surga ....!!”
Si kecil “Azzam” sedang bermain kejar-kejaran dengan teman-teman sebayanya. Anak desa yang yatim berusia enam setengah tahun itu baru tiga bulan masuk Sekolah Dasar Negeri di dekat rumahnya. Setiap sore, seperti biasa anak-anak bermain-main bersama. Ada yang main petak umpet, ada yang main kelereng, ada yang main lompat karet, dan ada yang sekedar kejar-kejaran !! Didekat mereka bermain, ada salah seorang penduduk desa yang sedang membangun rumah.
Penduduk disini rata-rata menggunakan air pancuran yang mengalir dari atas untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun penduduk yang sedang membangun rumah ini membuat sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Galian sumur itu baru sekitar dua seperempat meter dalamnya. Dan karena saat itu sedang musim hujan, galian itu belum diteruskan karena hampir penuh berisi air hujan. Si kecil Azzam tidak menyadari ada bahaya di tempat ia bermain-main. Ia terus berlari kejar-kejaran dengan temannya. Tiba-tiba Azzam tersandung dan terpeleset ....." blung .".... Azzam masuk kedalam galian sumur !!
Desa kecil itu bernama “desa Kajar”. Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ini disebut “desa kajar” karena terletak dikaki sebuah gunung yang bernama “gunung kajar”. Konon kata kajar diambil dari akar kata bahasa arab “hajar” yang berarti batu.
Gunung tersebut memang tidak begitu tinggi, dan menurut hasil penyelidikan, ketika akan dibuat proyek terowongan jalan melalui gunung tersebut, ternyata memang tidak dapat dilaksanakan karena gunung tersebut berisi air dan bebatuan yang besar-besar. Dan akhirnya, pemerintah daerah memutuskan untuk memasukkan gunung kajar menjadi “cagar alam” yang harus dilindungi dan tidak boleh dirusak.
Waktu adzan Ashar sedang dilantunkan dari sebuah Musholla di desa tersebut. Seorang Janda muda berparas cantik baru saja selesai mengambil air wudlu dipancuran air disebelah rumahnya. Baru setengah tahun dia ditinggal wafat “Pak Sabar” suaminya, ketika sedang berangkat pergi untuk menunaikan shalat Jum’ah. Saat itu sebuah sepeda motor yang sedang kehilangan kendali melaju kencang dari atas menyerempet Pak Sabar ketika sedang berjalan di pinggiran jalan. Pak Sabar dan pengendara sepeda motor sama-sama terpelanting jatuh.
Pengendara sepeda motor langsung meninggal di tempat, sedang pak Sabar tak sadarkan diri dan langsung dibopong para tetangganya yang kebetulan sama-sama berangkat shalat Jum’ah, menuju ke balai puskesmas di desa tersebut. Darah segar keluar dari hidung dan telinga Pak Sabar. Dokter puskesmas yang hendak pergi shalat Jum’ah terpaksa harus kembali lagi ke balai untuk menolong Pak Sabar terlebih dahulu. Bu Sabar yang diberi khabar oleh salah seorang tetangganya bergegas menuju balai puskesmas untuk melihat keadaan suaminya.
Dan ketika melihat kondisi suaminya yang cukup parah, Bu Sabar hanya bisa pasrah dan tawakkal. Meski demikian tak henti-hentinya lisannya berdzikir menyebut asma Allah dan mengharap kemurahaNYA untuk supaya suaminya dapat disembuhkan. Manusia boleh punya kehendak, namun Allah juga punya kehendak !! saat itu rupanya Allah punya kehendak lain ..... tepat ketika adzan Ashar berkumandang, Pak Sabar yang dikenal sangat ramah dan penyabar itu oleh dokter dinyatakan telah wafat !! Dengan suara lirih terucap kalimah dari lisan Bu Sabar “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Selesai berwudlu, Bu Sabar menghadap kiblat dan mengangkat tangannya sambil melantunkan doa ba’da wudlu. Belum selesai doa dilantunkan, tiba-tiba terdengar suara orang memanggil-manggil sambil membopong seorang anak yang basah kuyup ..... Bu Sabar .... Bu Sabar ..... Azzam tercebur galian sumur bu .... Azzam meninggal !! Bu Sabar tersentak dari doanya ..... wajahnya kelihatan sangat sedih, terucap kalimah lirih dari lisannya “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ..... !!”. Tiba-tiba, Bu Sabar duduk di tanah kemudian bersujud ....!! Para tetangga yang ikut membawa pulang jenazah Azzam terheran-heran .... Bu Sabar tidak menangis sama sekali, meski wajahnya tampak sangat sedih .... tapi apa yang sedang ia lakukan ? Bersujud ? Bersujud untuk apa ? Kenapa harus bersujud ..... ?
Agak lama Bu Sabar bersujud meski beralaskan tanah ..... para tetangga mulai khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu terhadap Bu Sabar. Ingatan para tetangganya melayang pada peristiwa meninggalnya Pak Sabar yang baru enam bulan lalu yang juga tepat disaat berkumandangnya adzan Ashar. Seorang Ibu muda berjilbab putih menepuk-nepuk pundak Bu Sabar. "Bu Sabar .... Bu Sabar .... ingat bu .... ingat bu .... istighfar ....!! Bu "Sabar bangun dari sujudnya. Di dahi dan hidungnya masih menempel sisa tanah bekas sujud. Tampak sekali wajahnya masih sangat sedih. Pandangannya menyapu orang-orang disekelilingnya. Dan, ketika dilihat anaknya masih digendong salah seorang bapak-bapak, Bu Sabar memintanya "..... tolong anak saya bawa kesini pak ..... biar saya sendiri yang menggendongnya !!."
Bu Sabar membawa jenazah Azzam masuk ke dalam rumah diiringi para tetangganya. Dibaringkannya Azzam di kasur diatas dipan yang terletak dekat ruang tamu. Diciumnya anak kecil itu berkali-kali sambil membisikkan beberapa kata-kata. Para tetangga sangat terharu melihat pemandangan di depannya. Suasana sangat hening ..... dan tak ada seorangpun diantara mereka yang berani mengeluarkan suara. Mereka masih tertegun menyaksikan rentetan peristiwa yang baru saja dilihatnya, dan mereka begitu kagum akan ketabahan dan ketawakkalan Bu Sabar !!
Setelah puas menciumi Azzam, Bu Sabar berbalik memandang para tetangganya ."... terima kasih bapak-bapak dan ibu-ibu sudah menolong membawa pulang anak saya." Seorang Ibu setengah baya menjawab ."... ya Bu Sabar .... nggak apa-apa ..... Ibu yang sabar ya bu .... ibu yang ridho ya .... !! "Bu Sabar menganggukkan kepala ...."Alhamdulillah dari awal musibah ini saya sudah bisa sabar dan ridho bu .... Alhamdulillah .... Saya teringat sabda baginda Rasul kalau “As Shabru fii awwali shadam .... sabar itu pada saat awal terjadinya benturan” .... saya ngga apa-apa bu .... nggak apa-apa .... insya Allah saya sabar dan ridho !!." Melihat ketabahan Bu Sabar yang sangat luar biasa, seorang Ibu yang lainnya yang sejak tadi penasaran tak kuasa bertanya ...." maaf Bu Sabar, tadi disamping rumah, saya melihat ibu sujud ketika mendengar musibah ini .... apa yang ....?" belum selesai ibu tersebut dengan pertanyaannya, Bu Sabar sudah menjawab ...." Betul bu .... saya tadi melakukan sujud syukur bu ...!! Saya memang sangat sedih ketika mendengar anak saya satu-satunya dipanggil Allah !! bagaimana mungkin tidak sedih bu .... dia satu-satunya yang menemani dan menjadi penghibur saya sejak almarhum suami saya meninggal !! Dia juga yang menjadi tumpahan semua kasih sayang saya selama ini !! Dia juga yang menjadi harapan saya untuk meneruskan cita-cita bapaknya yang belum terlaksanakan !!
Tapi bu .... disaat bersedih tadi saya teringat firman Allah “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar : 10). Saya juga teringat sabda baginda Rasul “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah). Saya juga teringat cerita “bu nyai” (Pen : istri pak kyai di kampung) waktu pengajian minggu lalu, katanya kalau kita sabar dan ridho disaat menerima musibah, maka balasannya adalah surga !! apalagi kalau sabar dan ridho ketika ditinggal meninggal anaknya yang masih kecil, bu nyai bilang akan mendapatkan kunci surga, karena anak kecil yang masih suci itu bisa menjadi syafa’at bagi orang tuanya ....!!” itulah bu .... alasan kenapa saya tadi sujud syukur .... mohon doakan saya ya bu .... doakan saya supaya yang dijanjikan Allah dan Baginda Rasul bisa saya dapatkan !!"
Para tetangga yang hadir semakin kagum terhadap janda muda berparas cantik ini ..... seorang nenek-nenek berucap “subhaanallah ..... tabah sekali kau nak !!” Bu Sabar mengarahkan pandangannya ke nenek dan berucap ...." saya belum seberapa nek, dibanding apa yang dulu pernah terjadi pada istri sahabat Rasul yang bernama Ummu Sulaim ketika anaknya satu-satunya yang masih kecil meninggal dunia. Waktu anaknya meninggal, Ummu Sulaim masih bisa tersenyum manis ketika suaminya baru datang dari bepergian ..... dia juga masih bisa mempersiapkan hidangan yang paling enak untuk suaminya .... dan bahkan dia masih sempat melakukan hubungan suami istri sampai hajat suaminya terpuaskan ....!!
Para tetangga semakin banyak yang berdatangan untuk ta’ziyah. Bu Sabar beranjak dari duduknya. Dia mohon diri pada tetangganya untuk melaksanakan shalat ashar. Kejadian yang baru saja dialami membuat Bu Sabar bertambah khusyu’ dalam shalatnya. Baru saja bertakbir Bu Sabar sudah menangis sesenggukan .... ia ingat akan kebesaran Allah yang tak tertandingi oleh siapapun !! Seusai membaca Fatihah, Bu Sabar membaca beberapa ayat pada akhir surat Az Zumar “wasiiqal ladzinat taqau rabbahum ilal jannati zumaraa ..... Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu ! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.". Bu Sabar membayangkan dirinya bersama rombongan orang-orang bertaqwa yang masuk surga.
Bayangan itu begitu nyata dipelupuk matanya. Begitu khusu’ dia menghadap dan bermunajat kepadaNYA. Sore itu dia merasakan keni’matan yang luar biasa pada saat berdua denganNYA, sampai-sampai dia lupa akan anaknya yang sangat dicintainya baru saja meninggalkannya !! Suara berisik para tetangga yang ta’ziyah mengganggu kekhusyu’an shalatnya. "Assalaamu ‘alaikum warahmatullah ..... Assalaamu ‘alaikum warahmatullah .".... Bu Sabar mengakhiri shalatnya. Kembali dia bersujud untuk berdoa ..... "selamat jalan anakku .... selamat jalan anakku ... “sanaltaqii fil jannah ... insya Allah kita akan bertemu di surga ....!!”
Kisah Nenek Tua Pemungut Daun
Kisah yang saya ambil dari www.dudung.net, sebuah kisah yang menyentuh dan patut menjadi teladan bagi kita
Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Selasa, 03 April 2012
Impossible
I remember years ago
Someone told me I
should take
Caution when it
comes to love
I did, I did
And you were strong
and I was not
My illusion, my mistake
I was careless, I forgot
I did, I did..
And now when all is done,
There is nothing to say.
You have gone
and so effortlessly.
You have won.
you can go
ahead tell them..
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky line
All we had is gone now.
Tell them I was happy,
And my heart is broken.
All my scars are open,
Tell them what I
hoped would be..
Impossible,
Impossible,
Impossible,
Impossible,
Falling out of love is hard
Falling for betrayal is worst
Broken trust and
broken hearts
I know, I know..
Thinking all you need is
there
Building faith on love is worst
Empty promises will
wear
I know, Iknow..
And know when all is gone,
There is nothing to say.
And if you´ re done with
embarrassing me,
On your own you can
go ahead tell them!
Tell them all I know now.
Shout it from the roof top,
Write it on the sky line..
All we had is gone now..
Tell them i was happy,
And my heart is broken !
All my scars are open,
Tell them what I hoped would be..
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did..
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky line
All we had is gone now.
Tell them i was happy..
And my heart is broken !
All my scars are open,
Tell them what I hoped would be..
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did..
Someone told me I
should take
Caution when it
comes to love
I did, I did
And you were strong
and I was not
My illusion, my mistake
I was careless, I forgot
I did, I did..
And now when all is done,
There is nothing to say.
You have gone
and so effortlessly.
You have won.
you can go
ahead tell them..
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky line
All we had is gone now.
Tell them I was happy,
And my heart is broken.
All my scars are open,
Tell them what I
hoped would be..
Impossible,
Impossible,
Impossible,
Impossible,
Falling out of love is hard
Falling for betrayal is worst
Broken trust and
broken hearts
I know, I know..
Thinking all you need is
there
Building faith on love is worst
Empty promises will
wear
I know, Iknow..
And know when all is gone,
There is nothing to say.
And if you´ re done with
embarrassing me,
On your own you can
go ahead tell them!
Tell them all I know now.
Shout it from the roof top,
Write it on the sky line..
All we had is gone now..
Tell them i was happy,
And my heart is broken !
All my scars are open,
Tell them what I hoped would be..
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did..
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky line
All we had is gone now.
Tell them i was happy..
And my heart is broken !
All my scars are open,
Tell them what I hoped would be..
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
Impossible,
Impossible
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did..
Langganan:
Postingan (Atom)